Isnin, April 11, 2011

PRA 42 - Puisi: Persia Nikmat Percuma

Persia Nikmat Percuma


aku berselindung di sebalik tirai keamanan
bersembunyi di dalam kepulan asap kekayaan
aku melompat-lompat di atas tanah kemerdekaan
bertepuk tampar pada tilam dan selimut kesihatan
melelehkan air liur pada deras jalur masa yang melebar lalu
aku memukul perut pada lebihan kekayangan
bersesak-sesak nafas pada lebihan udara keimanan
berhimpit-himpit nazak pada lebihan udara keislaman
yang mengalir dalam darah seorang penyembah Yang Esa

aku menidakkan yang iya
mengiyakan yang tidak
menganggukkan yang tertunduk
menggelengkan yang mendongak
aku mengharamkan yang halal
menghalalkan yang haram
membatilkan yang hak
menghakkan yang batil
aku melupakan yang mengingatkan
mengingatkan yang mengalpakan
aku mensyukuri yang salah
mempersia yang betul
aku senyum ketawa bila aku senang
aku sumpah seranah bila aku susah

aku membuta mata pada yang buta
berlari pada yang berkerusi roda
memanjang tangan pada yang kudung
bergelak ketawa pada yang bisu
menjerit galak pada yang pekak
mengendahkan hidayah pada yang tercari-cari

keamanan, kekayaan, kemerdekaan
kesihatan, kelapangan
keimanan, keislaman
aku hilangkan bila senang
aku resahkan bila hilang
aku meminta-minta semula bila tiada
aku mempersia-sia bila ada
aku berdiri bila diminta bersujud
aku duduk bila diminta berdiri
aku menyanyi bila diminta berzikir
aku menyombong bila diminta-minta
aku menunduk sujud bila meminta-minta
aku menyombong kembali bila diberi-beri
dan begitulah dalam satu pusingan kecil kehidupan
sehingga tamat
sehingga mati, sehingga mati, sehingga mati

aku meminta dikembalikan ke dunia
aku mempersoal kemurahanNya yang Maha
aku mempertikai kasihNya yang Maha
lantas aku terus ditampar hebat oleh imbasan kehitamanku
melihat diriku dalam cermin yang retak
setiap anggota tubuh menuntut hak
lidah yang kering dengan puji-pujian
mata yang kering dengan keindahan
telinga yang kering dengan kebaikan
hati yang kering dengan kelembutan
tangan dan kaki yang kering dengan kebajikan
Islam yang kering dengan keislaman
Iman yang kering dengan keimanan
lantas sesal akan kebebalan
persoalan demi persoalan yang sama
"maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"

akulah manusia itu yang gagal
akulah manusia itu yang loser dan tewas diakhirnya
meskipun aku winner dan menang di dunia

akulah hambaMu itu yang tidak bersyukur
yang mengkufurkan nikmat percumaMu itu



Akin Muhammad.
Ditulis pada 5 April 2011.
Dibaca pada 9 April 2011, sempena pementasan teater Suara Kebangkitan dalam program amal Jerit! Jilid 1: Untukmu Palestin, UTP.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan